PEMIKIRAN GEOPOLITIK SOEKARNO DISEGANI DUNIA

Dr. Ir. Hasto Kristiyanto, MM., Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

KEADILAN – Tepat pada tanggal kelahiran Bung Karno, 6 Juni 2022, Hasto Kristiyanto berhasil mempertahankan Disertasi dengan judul “Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno Dan Relevansinya Terhadap Pertahanan Negara”.

Hasto berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan promotor dan penguji yang terdiri dari 10 profesor dan tiga doktor di Aula Merah Putih, Kampus Bela Negara Universitas Pertahanan RI, Sentul, Jawa Barat.

Disertasi ini memiliki arti penting bagi Hasto, karena pemikiran Bung Karno bisa langsung masuk ke dalam “ruang tindakan”. Apalagi, Hasto Kristiyanto merupakan tokoh politik penting sekaligus menjabat Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan yang memiliki jutaan kader sehingga kader partai bisa dididik untuk memahami geopolitik Bung Karno.

Diharapkan, kader-kader yang memimpin bangsa ini ke depan, bisa menjadikan Geopolitik Bung Karno sebagai ukuran kebijakan nasional dan internasional Indonesia. Dalam disertasinya tersebut, Hasto menuliskan kontruksi atas pemikiran geopolitik Sukarno menempatkan kebijakan pertahanan dalam cara pandang geopolitik sebagai fungsi penggunaan seluruh instrument of national power. Disertasinya ini menuai banyak pujian, dan membuatnya lulus dengan predikat summa cum laude.

Apa yang menjadi latar belakang pemikirannya, dan bagaimana uraian dari disertasi itu? Berikut wawancara  KEADILAN dengan Hasto di Sekolah Partai PDI Perjuangan, di Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin, 20 Juni 2022.

Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menerima piagam doktor ilmu pertahanan dari Universitas Pertahanan diserahkan oleh pimpinan sidang Mayjen TNI Joni Widjayanto, Senin 6 Juni 2022.
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menerima piagam doktor ilmu pertahanan dari Universitas Pertahanan diserahkan oleh pimpinan sidang Mayjen TNI Joni Widjayanto, Senin 6 Juni 2022.

Disertasi Anda yang bertema ‘Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya Terhadap Pertahanan Negara’ mendapat predikat summa cum laude dalam sidang promosi doktoral di Universitas Pertahanan. Apa yang melatarbelakangi pemikiran Anda memilih tema tersebut?

Kejadiannya pada Mei 2018, ketika saya mendampingi Ibu Megawati Soekarnoputri dalam rangka peringatan 50 tahun Gerakan Non Blok (GNB) di Slovenia, negara pecahan Yugoslavia.

Pukul sembilan malam kami datang ke suatu tempat yang sangat kuno. Itu adalah sebuah hotel yang dulu dipakai untuk pertemuan antara Bung Karno dan Presiden Tito. Saat itu Ibu Mega menceritakan kepada saya seluruh pemikiran geopolitik Bung Karno. Mulai dari perjuangan Bung Karno ketika usia muda 16 tahun, juga cerita tentang bagaimana Pancasila sebagai pengetahuan geopolitik, kemudian pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika (KAA) hingga GNB.

Hal itu sangat membekas dalam pikiran saya, dan kemudian dari situ lah saya tahu bagaimana Indonesia itu diba ngun dengan konsepsi untuk menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa di dunia. Bayangkan pada tahun 1955 saja, baru sekitar 5-6 tahun setelah kita mengadakan kedaulatan secara penuh pada Desember 1949, dalam waktu begitu cepat kita punya rasa  percaya diri yang begitu besar untuk mengadakan KAA.

Di dalam KAA itu, Bung Karno membuktikan bagaimana Pancasila bekerja dalam sistem internasional, karena pengambilan keputusan di KAA itu tidak melalui voting, tetapi melalui musyawarah sesuai dengan substansi dari Pancasila itu.

Nah, kemudian saya menjadi tertarik lagi ketika ada pertemuan antara Donald Trump dan Kim Jong-un di Singapura. Di pertemuan itu, seharusnya Indonesia yang berdiri di depan. Indonesia yang seharusnya berperan aktif dalam membangun perdamaian dunia.

Namun, kenapa pertemuan tersebut di Singapura? Ini menunjukkan kepemimpinan Indonesia di dunia internasional, menurun. Padahal, rekam jejak sejarah kita luar biasa. Mulai dari KAA, GNB, bahkan negara-negara Asia Afrika itu merdeka karena campur tangan Indonesia. Khususnya Maroko, Tunisia, Aljazair sehingga mereka membangun adanya Boullevard Sukarno, termasuk di Pakistan. Ini karena peran besar dari Bung Karno dan kekuatan pertahanan kita saat itu terhebat di belahan bumi Selatan, dengan Australia saja kita jauh lebih kuat.

Ketika negara seperti Vanuatu berani mempersoalkan urusan Papua, yang merupakan bagian dari kedaulatan kita, hal tersebut lah yang memicu saya untuk menggali seluruh pemikiran Bung Karno, mengkonstruk sikan seluruh pemikiran  geopolitik Sukarno menjadi teori geopolitik Sukarno.

Pada saat bersamaan, saya juga melihat anak Bangsa Indonesia sekarang orientasinya ke dalam (inward looking), sehingga munculah berbagai ketegangan di dalam negeri. Misalnya persoalan antara Pancasila dan Islam, padahal sebelumnya semua bisa bekerjasama bergerak keluar.

Ketika KAA berjalan, muncul gerakan civil society yang senapas dengan apa yang dilakukan oleh negara kita. Lahirlah Pemuda Asia-Afrika, Dokter Anak Asia-Afrika, Perempuan Asia-Afrika, Jurnalis Asia-Afrika.

Jadi, meskipun kita negara baru merdeka, tetapi saat itu kita punya rasa percaya diri yang begitu besar untuk bertindak keluar. Ini yang kemudian nampak hilang dan menjadi alasan mengapa saya harus meneliti (pemikiran geopolitik Soekarno). Kemudian hasil dari penelitian itu ternyata terbukti. Karena saya melakukan penelitian pendahuluan, dari penelitian pendahuluan itu ternyata kognisi terhadap Bung Karno sebagai pemimpin visioner sangat tinggi.

Tetapi kognisi terhadap karya-karya Bung Karno dengan ‘To Build a New World’ terkait dengan KAA, dan ‘Conference of The New Emerging Forces’ banyak yang tidak mengenalnya. Sehingga, terjadi gap antara pemahaman Bung Karno sebagai pemimpin besar, pemimpin yang visioner dengan karya-karya geopolitik Sukarno.

DR. Ir. Hasto Kristiyanto, M.M., memberi penjelasan kondisi wilayah Indonesia saat itu dalam kerangka Geopolitik Soekarno.
DR. Ir. Hasto Kristiyanto, M.M., memberi penjelasan kondisi wilayah Indonesia saat itu dalam kerangka Geopolitik Soekarno.

Dalam disertasi Anda dikatakan, Sukarno dengan geopolitiknya mengkonstruksi tata dunia baru yang mengedepankan kemanusiaan, internasionalisme, keadilan, dan koeksistensi damai. Dari mana tradisi intelektual Sukarno muncul?

Di disertasi, saya tunjukkan bagaimana Sukarno berdialog dengan para pemimpin dunia. Di dalam tradisi intelektual Sukarno, dialektika pertama kan muncul dari pemahaman Sukarno terhadap sejarah nasional Indonesia, sejarah nusantara, sejarah peradaban dunia. Ada bangsa-bangsa yang jatuh, bisa bangkit menjadi pemimpin. Kemudian juga sejarah agama, sejarah ideologi dunia. Itu dialektika pertama.

Dalam dialektika kedua, Sukarno mengunakan visual analisis nasionalisme, marxisme, dan juga Islamisme yang semuanya dibumikan di dalam kebudayaan nusantara, di dalam persoalaan-persoalan rakyat.

Sukarno juga banyak membaca buku dengan para pemimpin-pemimpin besar. Beliau belajar dengan Jefferson kepala Bangsa Amerika dan Washington. Kemudian minum teh dengan Sun Yat-Sen (Bapak Negara Tiongkok Mondren) dengan San Min Cu-I ( tiga asas kerakyatan). Kemudian dengan Mustafa Kumala Attaturk tentang modernisasi di Turki, semangat Bushido dari Jepang, sehingga Jepang bisa bangkit dari negara week state jadi strong state.

Sukarno juga belajar mengapa Rusia bisa kalah dengan Jepang pada tahun 1904. Sehingga dengan banyak belajar dengan tokoh-tokoh dunia, Sukarno kemudian meramu tentang konsepsi geopolitik tersebut. Sukarno mengkritik geopolitik barat yang ekspansif, yang didasarkan pada lebensraum, yaitu mencari ruang hidup.

Sukarno ingin mengoreksi bahwa di dalam sistem internasional yang anarkis itu diperlukan suatu tata dunia baru, di mana negara-negara seharusnya bisa hidup berdampingan secara damai, tanpa saling mengintervensi, tidak adanya perlombaan senjata, tanpa adanya ancaman sen jata nuklir yang menghancurkan peradaban yang digerakan oleh nilai-nilai solidaritas. Karena itu lah dalam teori geopolitik Sukarno, intinya bagaimana dunia yang damai tercipta, apabila bebas dari segala bentuk penjajahan.

Bagaimana pengaruh pemikiran geopolitik Sukarno terhadap dunia?

Termasuk sangat besar, misalnya pelaksanaan KAA yang membangun solidaritas bangsa-bangsa Asia Afrika, dan kemudian terjadi perubahan struktur di PBB.

Indonesia campur tangan langsung pada kemerdekaan Maroko, Aljazair, Tunisia. Kita memberikan sumber daya, bahkan Bung Karno menyewakan rumah di Jalan Serang, Menteng, Jakarta Pusat agar negara Maroko, Aljazair dan Tunisia bisa merancang kemerdekaannya. Ini kan suatu kepeloporan yang luar biasa.

Perubahan yang dilakukan oleh Bung Karno dengan geopolitiknya sangat fundamental. Selain bangsa-bangsa Asia-Afrika merdeka, kemudian struktur di PBB juga mengalami perubahan.

Kita tahu Sukarno juga menginisiasi Trikora (Pembebasan Irian Barat), Dwikora (Konfrontasi Indonesia-Malaysia) yang dikenal dengan slogan ’Gayang Malaysia’. Apakah dua peristiwa ini juga akibat pengaruh pemikiran geopolitik Soekarno?

Ketika Sukarno melihat ketidakadilan dunia, dunia dihadapkan pada dua blok besar. Blok Barat dan Blok Timur yang sama-sama mengandung benih-benih liberalisme dan kolonialisme. Ini ditentang oleh Bung Karno, sehingga beliau mendorong pelaksanaan GNB.

Tetapi, Sukarno juga melihat bahwa ancaman ideologi itu akan berubah menjadi persoalan ekonomi, sehingga Sukarno merancang adanya Conference of The New Emerging Forces. Namun, dalam upaya itu Sukarno tetap konsisten memperjuangkan kepentingan nasional Indo nesia.

Nah, kenapa Sukarno mengusulkan Pancasila sebagai ideologi dunia? Bukan hanya karena Pancasila dikatakan sebagai sublimasi, tahapan lebih tinggi dari ideologi besar dunia. Tetapi Sukarno sudah membuktikan di KAA, pengambilan keputusan dilakukan musyawarah mufakat berdasarkan ideologi Pancasila, tanpa melalui voting.

Itu lah kesederajatan antar bangsa di KAA. Bahkan, di pidato To Build a New World, Sukarno mengatakan, Pancasila sudah terbukti bekerja di sistem internasional yang selalu diwarnai anarkis, akibat tidak ada yang mengatur.

Coba bayangkan, tahun 1930 Belanda merupakan suatu kolonialisme terbesar di dunia yang memiliki tiga kekuatan utama yaitu politik, militer, dan ekonomi. Sukarno mengalahkannya bukan menggunakan kekuatan militer, namun dengan menggunakan ide, over opinion. Suatu  kekuatan ide yang masuk ke setiap relung pemuda Indonesia, yang menggetarkan segenap jiwa, dengan menggunakan suatu imajinasi. Bukan hanya bangsa kita sendiri, bahkan bangsa-bangsa Asia-Afrika, dia ciptakan garis hidup imperialisme itu.

Sukarno cerdas sekali menggunakan KAA. Hanya tiga modalnya, yaitu hotel-hotel zaman Belanda, makanan khas Indonesia, dan hospitality (keramah-tamahan) para perempuan berkebaya, yang membantu tamu sambil membawa lilin untuk menyalakan rokok peserta delegasi. Dan yang memimpin, baik komunikasi politik, ekonomi, dan kebudayaan, seluruhnya adalah orang Indonesia, dengan rasa percaya diri yang begitu besar. Kemudian dari situ tercipta hukum internasional melalui Dasasila Bandung. Jadi, dalam teori saya ini, Dasasila Bandung adalah hukum internasional yang diciptakan Sukarno.

Setelah diciptakannya hukum internasional, akhirnya kepemimpinan kita menguat, lalu Deklarasi Djuanda. Deklarasi Djuanda tanpa KAA itu tidak mungkin. Di mana laut menyatukan wilayah kita naik dua setengah kali lipat, tanpa melalui perang. Itu kekuatan the power idea. Hal itu tidak mungkin terjadi, tanpa KAA yang modalnya, hotel, makanan, dan pelayanan yang baik.

Hebatnya lagi, cara Sukarno menentukan tanggal diselenggarakan KAA, 18 April 1955. Awalnya, KAA direncanakan sekitar tanggal 20 April.Tiba-tiba dikasih tahu bahwa ditanggal itu sudah masuk puasa. Kalau KAA diselenggarakan ketika bulan puasa, Arab pasti tidak akan datang. Maka dipercepat tanggal 17 April. Saat itu, Amerika Serikat menghambat supaya KAA itu gagal. Maka Taiwan dipakai, Zhou Enlai (Perdana Menteri China) pesawatnya diledakkan CIA, supaya tidak bisa datang ke Indonesia.

Sukarno kemudian mencari akal, ketemulah tanggal 18 April. Ali Sastroamijoyo menelepon Kedubes Amerika Serikat untuk menanyakan ada peristiwa apa tanggal 18 April di Amerika Serikat. Rupanya tanggal dimana Paul  Revere (Pahlawan Amerika) itu membangunkan masyarakat di Amerika saat Inggris datang, dan memicu perang saudara di sana. (Dua pelita akan digantungkan di Menara bel Christ Church saat pasukan Inggris datang melalui Charles River ke Cambridge, atau menggantung sebuah pelita kalau pasukan Inggrisnya datang lewat darat melalui Boston Neck. Peristiwa ini terjadi pada 18 April 1775).

Ini yang kemudian dipakai di dalam pidatonya Sukarno. Bahwa tanggal 18 April ini menjadi mengandung spirit kemerdekaan bangsa Asia-Afrika, atas ide dari patriot Amerika Serikat. Senang semua wartawan Amerika Serikat. Jadi pemberitaan KAA positif.

Presiden RI Soekarno berpidato di PBB dengan judul pidatonya To Build A New World, 30 September1960.
Presiden RI Soekarno berpidato di PBB dengan judul pidatonya To Build A New World, 30 September1960.

Anda mengatakan bahwa ‘Ganyang Malaysia’ adalah pilihan pahit bagi Sukarno. Kenapa?

Pada saat bersamaan, Indonesia melihat, ada persoalan di kawasan regional kita, yaitu di Malaya. Terkait dengan krisis di Serawak dan Sabah, ketika Inggris mau keluar dari Malaysia. Ini yang kemudian diklaim oleh Filipina, karena dianggap sebagai bagian dari Kerajaan Suluh. Konflik tersebut mengakibatkan pemberontakan di Brunei, yang memunculkan ketidakstabilan kawasan regional.

Jadi, ketika konflik, Perdana Menteri Malaysia Tunku Abdul Rahman secara sepihak menuduh Sukarno sebagai yang mendalangi pemberontakan Brunei. Padahal, itu terjadi atas dukungan dari Wakil Presiden Filipina. Sukarno marah, kemudian diselesaikan oleh Diosdado Macapagal (Presiden Filipina) untuk mengadakan Konferensi Tiga Negara, yaitu Malaysia, Filipina, Indonesia. Keluar lah Deklarasi Maphilindo untuk menyelesaikan masalah-masalah Asia, dengan cara Asia, kultur Asia.

Melihat kesepakatan Maphilindo, Singapura merasa terancam. Dia merasa terkepung, kemudian bergerak ke Inggris. Nah, oleh Inggris, Singapura dijadikan permata terbaik bagi masa depan geopolitik Inggris di kawasan Asia Tenggara. Singapura dijadikan pangkalan militernya.

Tetapi, sebelum mengambil keputusan itu, Sukarno mengadakan rapat yang dihadiri para Waperdam (wakil perdana menteri), Abdul Haris Nasution dan sebagainya. Saat itu kita diancam oleh Amerika Serikat. Kalau ada konfrontasi dengan Malaysia, kita tidak akan mendapatkan bantuan dari Barat.

Lalu, Sukarno minta pendapat peserta rapat. Dijawablah sama Djuanda, “Kalau toh kita harus makan batu, kita makan batu. Daripada menerima bantuan asing yang menjadikan kepribadian kita tergadaikan”. Dari situ Sukarno mencanangkan  ‘Go to Hell with Your Aid’.

Ketika itu yang mendorong Sukarno untuk melanjutkan konfontasi atas Malaysia ada beberapa aspek. Per tama, kesepakatan yang telah dibangun dari Maphilindo, bahwa tidak ada pangkalan-pangkalan militer asing. Tetapi kemudian Inggris membuat pangkalan militer di Singapura. Maka kita harus membebaskan bangsa Asia ini dari pangkalan militer asing. Diadakan lah konferensi internasional anti pangkalan militer asing di tahun 1965.

Kedua, terkait dengan persoalan wilayah kita. Pada 11 Juli 1945, seluruh Pulau Kalimantan itu masuk wilayah kita, termasuk Filipina. Supaya kita bisa mengontrol Selat Malaka, dalam konteks pertahanan. Hanya saja, ketika membahas wilayah kita dalam sidang BPUPK tahun 1945, Filipina sudah merdeka. Sukarno mengatakan dirinya bukan imperialis.

Analisis saya, ketika Sukarno pergi bersama Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat (Ketua BPUPKI) dan Dr. Suharto ke Saigon, kan naik pesawat militer Jepang. Pulangnya mampir ke Singapura. Di situ bertemu dengan Ibrahim Yacob dan Burhanuddin  Al-Hilmi, tokoh Kesatoean Ra’jat Indonesia Semenandjoeng (KRIS). Kedua tokoh pejuang Malaya tersebut menyampaikan aspirasi rakyat Malaya bahwa tanah Semenanjung Malaya tak terpisahkan dari Indonesia Raya.

Jadi, bulan Juli mereka mengirim utusan di dalam sidang BPUPKI. Pada bulan Agustus, ketika Sukarno dari Saigon, mereka akan bergabung lagi. Hanya karena Sukarno, Rajiman dan Bung Hatta diculik ke Rengasdeng klok, tidak sempat mengirim telegram. Apalagi, saat itu Sukarno sedang sakit. Itulah kenapa wilayah kita tidak mencakup seluruh Kalimantan. Ini saya gali dari dokumen-dokumen sejarah.

Kenapa Bung Karno saat itu memutuskan untuk keluar dari PBB?

PBB sendiri kan mencerminkan struktur yang tidak adil. Bagaimana mungkin ada 168 negara saat itu, masa depannya hanya ditentukan oleh negara yang mempunyai Hak Veto, yaitu Rusia, Amerika, Prancis, dan Inggris.

Dan empat negara ini terbukti gagal di dalam mengambil kesepakatan tentang senjata nuklir. Maka di Pasifik terjadi percobaan senjata hidro nuklir internal dari Rusia, yang kemudian berlomba dengan Amerika Serikat.

Tadi Anda mengatakan pemikiran geopolitik Sukarno mengalami distorsi. Kenapa itu bisa terjadi?

Itu terutama setelah Orde Baru. Pada saat orde baru, segala hal yang terkait Bung Karno dijauhkan. Diletakkan di sisi gelap sejarah, dan kemudian kita kehilangan orientasi, pandangan, kemudian menjadi inwardlooking. Bahkan oleh Pak Harto dikatakan mawas diri.

Dulu playing field kita itu dunia. Tapi zaman Pak Harto  hanya menjadi ASEAN. Kita bangga hanya dengan disebut  ‘Big Brother’, tetapi kita tidak lagi diperhitungkan di regional dan dunia, karena diplomasi luar negeri, diplomasi  pertahanan.

Misi untuk menentang berbagai bentuk ketidakadilan itu kita biarkan, dan kemudian mentalitas kepemimpinan kita juga mengalami penurunan. Kita tidak lagi menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa. Padahal kodratnya, kita terlahir sebagai bangsa pemimpin. Itu yang digelorakan oleh Bung Karno.

Apakah distorsi pemikiran geopolitik Soekarno hanya terjadi di masa Pemerintahan Soeharto. Bagaimana dengan pemerintahan setelahnya?

Di kajian saya, sangat lengkap bagaimana keberlangsungan dan juga perbedaan kebijakan pertahanan pada masa Bung Karno dan sesudahnya. Kita terlalu disetir oleh Barat, dikendalikan oleh Barat, bahkan zaman Pak Harto terjadi rekolonialisasi kembali. Sehingga investor asing, kekayaan kita diberikan kepada negara-negara yang dulu mendukung Pak Harto di dalam ‘melakukan kudeta’ terhadap Bung Karno.

Itu bagian dari Amerika Serikat menjatuhkan Sukarno. Maka Sukarno dikunci dengan Tap MPRS-RI No. XXXIII/ MPRS/1967, agar pemikiran-pemikiran Sukarno tidak boleh diajarkan. Karena memang benar-benar menakutkan, pemikiran itu dapat membebaskan dunia dari berbagai belenggu penjajahan. Ruang pergerakan kita dipersempit dari dunia menjadi  ASEAN. Saya menduga, bahwa ketika itu sebagai bagian deal dengan bangsa Barat, agar ajaran Sukarno dilarang. Pemikiran Sukarno merupakan antitesa dari geopolitik Barat yang ekspansionis. Sedangkan geopolitik Sukarno membangun kesetaraan, keadilan di antara bangsa, agar dunia bebas dari belenggu penjajahan. Kita tidak tahu bahwa Sukarno adalah pahlawan pendekar bangsa Islam. Karena politik pecah belah orde baru, Sukarno disebut seorang komunis. Padahal, Sukarno anti komunis.

Kemudian, kita menjadi negara yang terjajah kembali secara ekonomi, secara politik, kita dikendalikan. Dan inilah terjadinya kemunduran di dalam kepemimpinan Indonesia bagi dunia, dalam mentalitas kita sebagai bangsa pejuang. Di masa pemerintahan Ibu Mega, beliau menghadapi persoalan yang tidak mudah. Ibu Mega harus menyelesaikan krisis multi dimensi. Tetapi Ibu Mega menggelorakan kembali semangat kepemimpinan Indonesia itu dengan politik luar negeri bebas aktif.

Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato dalam International Conference of Asian Political Parties (ICAPP) di Jakarta, April 2016.
Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato dalam International Conference of Asian Political Parties (ICAPP) di Jakarta, April 2016.

Buktinya, dicanangkan oleh Ibu Mega untuk mengadakan 50 tahun peringatan KAA (2005), dibangun Jalan Tol Cipularang. Peringatan ini untuk menggelorakan pemikiran geopolitik Sukarno. Tetapi, Ibu Mega hanya menjalankan pemerintahan sekitar tiga tahun.

Sikap Ibu Mega terhadap Amerika Serikat yang merupakan kekuatan unipolar, saat itu sangat kuat. Ibu Mega lah satu-satunya kepala negara yang begitu keras dalam mengutuk aksi bilateral Amerika Serikat kepada Irak. Bahkan, negara-negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) saat itu pun sifatnya lunak.

Saat terjadi serangan World Trade Centre (11 September 2001), membuat pernyataan untuk mengunci Amerika Serikat. Ada tiga pernyataan yang disampaikan Bu Mega.

Pertama, menyatakan ikut berduka cita. Kedua, serangan itu bukan Islam. Saat itu, Amerika sebagai keku atan unipolar mau menggasak Islam. Karena sebelumnya  sudah ada beberapa kejadian bom bunuh diri.

Ketiga, agar Amerika tidak bertindak macam-macam, Bu Mega membuat pernyataan agar Dewan Keamanan PBB memimpin operasi pemulihan keamanan dunia dari terorisme. Ini juga untuk mencegah Amerika bertindak semaunya.

Karena Amerika Serikat merasa tidak nyaman dengan politik luar negeri Ibu Mega, yang mencoba menerapkan prinsip-prinsip Dasasila Bandung, prinsip politik luar negeri bebas aktif sebagai negara yang beradulat, Amerika marah. Maka Pemilu 2004 dicarilah ‘good boy’ Amerika Serikat, yang namanya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ketika Pak SBY menjadi presiden, yang saatitu juga atas ‘dukungan’ dari Amerika Serikat. Begitu Pak SBY menjadi presiden, Blok Cepu diserahkan ke Amerika Serikat sebagai hadiah atas dukungannya.

Jadi, kita akhirnya kembali masuk di dalam pengaruh yang begitu besar, dalam setiap kebijakan kita. Akibatnya, kita mudah tunduk pada negara-negara tetangga, terlebih di zaman Pak SBY yang membuat slogan ‘Zero Enemy One Thousand Friends’. Praktis kita tidak dianggap siapa-siapa di dalam dunia internasional.

Kita dianggap menjadi bangsa yang begitu penurut. Dan kemudian setelah kita menandatangani Non-proliferation Treaty (perjanjian nuklir), kita semakin tidak diperhitungkan. Terjadi suatu degradasi yang lebih dalam lagi terhadap kepemimpinan kita.

Kemudian, bayangkan Defence Cooperation Agreement (DCA) dengan Singapura. Masa urusan pertahanan yang berkaitan dengan hidup matinya negeri, di deal kan dengan urusan koruptor. Itu sesuatu yang tidak seimbang. Menempatkan diri kita terlalu lemah, sehingga kita tidak diperhitungkan. Jangankan di dunia, di regional pun begitu. Penurunan yang sangat drastis itu di zaman Pak SBY.

Nah, Pak Joko Widodo (Jokowi) mencoba menggelorakan kembali dengan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Dibangun koridor-koridor strategis, dan kemudian diperkuat konsep pertahanan kita, diplomasi luar negeri, dan diplomasi pertahanan. Spirit Bung Karno dihidupkan kembali, meskipun narasinya dan implementasi kebijakannya dalam konteks pertahanan, juga belum begitu banyak dirasakan.

Kenapa dulu Sukarno dijatuhkan?

Ada tiga aspek pemikiran Sukarno yang memang antitesa Barat. Pertama, pemikiran Sukarno itu mampu menya tukan solidaritas Asia, Afrika dan Amerika Latin. Dari sini juga, bangsa-bangsa yang baru merdeka terinspirasi oleh gagasan Sukarno. Ini menjadi kekuatan majority di PBB secara anggota. Kalau diambil voting, menang Asia, Afrika dan Amerika Latin ini. Tetapi kemudian kan ada Hak Veto. Kedua, karena Sukarno mau punya bom atom. Dulu, tidak punya bom nuklir saja, pengaruh kita sudah sebegitu besar. Apalagi kalau punya. Nuklir sudah dipersiapkan sejak zaman Kennedy. Kita mengirim 100 ilmuan nuklir ke Amerika. Sebelumnya dilatih ke Uni Soviet, kemudian Soviet membantu membangun reaktor nuklir di Yogyakarta, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Sedangkan, Amerika membantu Reaktor Triga Mark di Bandung, dan Siwabessy di Serpong. Tetapi Kennedy dibunuh. Karena itu Sukarno tidak bisa melanjutkan proyek nuklirnya. Kemudian 100 orang yang dulu dikirim ke Amerika, diam-diam dikirim ke Tiongkok.

Pada 5 Oktober 1965, harusnya menjadi momentum bagi Sukarno untuk memberikan bom atom kepada ABRI. Ketahuan lah sama Barat, nah Kennedy dibunuh dulu oleh Central Intelligence Agency (CIA), baru menyingkirkan Sukarno (Cyril H. Wecht, Dawna Kaufmann. (2022). The JFK Assassination Dissected: An Analysis by Forensic Pathologist Cyril Wecht. North Carolina: McFarland & Company, Inc.; Willem Oltmans. (2001). Di Balik Keterlibatan CIA : Bung Karno Dikhianati? Jakarta : Aksara Karunia).

Ketiga, karena konflik dalam negeri Amerika Serikat waktu itu. Gerakan progresif di Amerika Serikat ingin menjadikan Amerika sebagai kekuatan polisi dunia. Jadi, Sukarno mengingatkan Kennedy bahwa jati dirinya bukan bangsa expansionis. Bangsa dia adalah bangsa pertama yang menjadi contoh Indonesia untuk menentang kolonialisme.

Atas bujukan Sukarno, Kennedy menarik pasukannya dari Indo-Cina. Kelompok-kelompok kanan Amerika Serikat marah, karena musuh abadi mereka adalah Cina dan Soviet. Ini dipengaruhi oleh teori geopolitik Mackinder yang mengatakan bahwa masa depan dunia terjadi apabila dunia dikuasai kawasan Euroasia. Itu di bawahnya Cina dan Soviet, kawasan Geographical Pivot. Karena itu Sukarno harus dijatuhkan. Setelah itu Amerika Serikat mengamankan kepentinganya dengan membangun Jepang.

Ada pendapat yang mengatakan disertasi Anda ini mematahkan penelitian yang menyebutkan Pancasila sebagai konsep yang abstrak. Sebab dari disertasi Anda ini terungkap bahwa geopolitik Soekarno bisa melahirkan geopolitik yang berbeda. Bagaimana tanggapan Anda?

Pancasila ini merupakan falsafah dasar. Pancasila ini tujuan, the way of life. Pancasila ini menjadi basis bagi seluruh kebijakan kita. Dan juga di sini, Pancasila menjadi ideologi geopolitik dalam membangun suatu tata dunia baru yang berkeadilan tadi.

Pemikiran geopolitik Soekarno kerangkanya adalah Pancasila, dikonstruksikan dalam body of knowledge, disertai posisi teoritiknya terhadap geopolitik barat, hingga geopolitik kontemporer. Teorinya disebut sebagai Progressive Geopolitical Coexistence, termasuk wawasan nusantara, bukanlah pemikiran abstrak, rumit, dan kering sebagaimana dikatakan Dino Patti Djalal.

Karya Dino Patti itu dibuat ketika masih order baru. Lalu, masuk dalam skenario dis-sukarno-isasi. Sehingga, menempatkan Bung Karno pada sisi yang gelap, Pancasila dikatakan abstrak, wawasan nusantara sebagai konsepsi yang tropis, kering, dan rumit. Begitu kan kalau saya tidak salah.

(Dino Patti Djalal pernah mengeluarkan karya “Geopolitical Concept and Maritime Territorial Behavior in Indonesian Foreign Policy” di Political Science Department, Simon Fraser University (1990). Dalam karyanya, Dino meyebut Sukarno tak pernah berusaha memproyeksikan konsep Nusantara sebagai simbol mempersatukan. Namun pilihan Soekarno terhadap instrumen simbolik hanya sekadar tunduk pada konsep politik yang abstrak seperti Pancasila, Manipol, Usdek, Nasakom, Djarek, Resopim, Oldefos-Nefos) Disertasi saya mengoreksi dari pernyataan dia. Panca sila tidak tropis.

Pancasila itu suatu yang digali, mutiara terdalam dari falsafah bangsa. Jadi, Dino tidak paham. Dan saat itu sangat disayangkan objektivitas karya akademisnya itu tunduk pada pengaruh-pengaruh kekuasaan

DR. Ir. Hasto Kristiyanto, M.M., saat wawancara tatap muka dengan wartawan senior Panda Nababan di ruang kerjanya.
DR. Ir. Hasto Kristiyanto, M.M., saat wawancara tatap muka dengan wartawan senior Panda Nababan di ruang kerjanya.

Lantas, bagaimana penjabaran Pancasila dalam pemi kiran geopolitik Sukarno?

Pancasila adalah jawaban atas pertanyaan Radjiman, apa falsalfah kita? Sukarno tidak menjawab hanya sekedar falsalfah dasar, tetapi pandangan Indonesia terhadap dunia. Tesis utama Sukarno, kenapa Asia, Afrika, Amerika Latin itu terjajah? Sehingga dia sebut sebagai garis hidup imperialisme. Lalu, kenapa di dunia selalu ada perang yang membawa korban kemanusiaan? Maka Sukarno melihat ini karena bekerjanya suatu ideologi yang dua-duanya selalu mengandung benih-benih imperialisme dan kolonialisme. Baik liberalisme kapitalisme atau komunisme.

Maka Sukarno mengenalkan ada ideologi lain yang merupakan khas Indonesia, yang tidak ekspansif seperti Barat dan Timur. Tetapi ideologi yang membangun persaudaraan dunia. Indonesia sebagai taman sari dunia.

Jadi, Pancasila melalui geopolitik Sukarno, diimplementasikan di dunia internasional. Dalil utama Sukarno, “Dunia akan damai apabila tidak ada penjajahan”. Caranya, dunia harus menerapkan Pancasila yang dimulai dari PBB. Maka Sukarno menawarkan dengan Pancasila. Itu lah nuklir for peace. Namun, ketika konflik Dwikora, pandangan Sukarno berubah. Tenyata neo imperialisme dan neo kolonialisme selalu datang. Maka diubahlah program nuklir for peace menjadi nuklir untuk pertahanan.

Bagaimana relevensi pemikiran geopolitik Sukarno dengan konsep Pertahanan Nasional saat ini?

Di dalam disertasi saya, ada tujuh rekomendasi praktis dari penelitian diskursus pemikiran geopolitik Soekarno dan relevansinya terhadap pertahanan negara, yaitu:

Pertama, pembangunan pertahanan negara harus mengedepankan pemahaman geopolitik. Hal ini dapat dilakukan oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI.

Kedua, pemikiran geopolitik Soekarno dipergunakan untuk merumuskan kembali kebijakan luar negeri dan pertahanan guna menjawab posisi politik yang diambil Indonesia di dalam memperjuangkan kepentingan nasional, khususnya bagi Kementerian Luar Negeri RI dan Kemhan RI.

Ketiga, Kemhan RI dan Universitas Pertahanan (Unhan) RI. Dapat menginisiasi kajian dan merumuskan kembali strategi, doktrin, dan postur pertahanan berdasarkan pemikiran geopolitik Sukarno di dalam mem perjuangkan kepentingan nasional Indonesia dengan membangun kekuatan pertahanan negara, berdasarkan proyeksi ancaman bangsa pada saat ini dan di masa yang akan datang.

Keempat, perlu adanya fungsi strategis di dalam struktur lembaga kepresidenan yang dapat mengintegrasikan kebijakan luar negeri dan pertahanan. Fungsi-fungsi tersebut salah satunya dapat dikaji oleh Kementerian Kesekretariatan Negara dan Sekertaris Kabinet RI.

DR. Ir. Hasto Kristiyanto, M.M., di ruang kerja kediamannya.
DR. Ir. Hasto Kristiyanto, M.M., di ruang kerja kediamannya.

Kelima, Kemhan RI dapat melakukan kajian komperhensif terhadap pentingnya UU tentang Tata Ruang Geopolitik Nusantara yang membuat koridor strategis pertahanan dan ketahanan nasional.

Keenam, pentingnya cara pandang geopolitik Indonesia dalam relevansinya dengan kepentingan nasional dan pertahanan negara untuk dimasukan ke dalam kuri kulum Ilmu Pertahanan, Hubungan Internasional, dan Geopolitik. Hal ini dapat diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Kemhan RI, dan Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) RI.

Tujuh DPR RI bersama pemerintah, antara lain Kementerian Keuangan untuk menetapkan kebijakan politik anggaran yang berkaitan dengan pertahanan dalam cara pandang geopolitik. Kebijakan anggaran tersebut bersifat rahasia dan sangat rahasia, yang digunakan sebesar-besarnya untuk mencapai tujuan bernegara dan kepentingan nasional.