KEADILAN– Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun mengajak massa demonstrasi untuk menolak penetapan hasil Pemilihan Umum 2024. Menurutnya hasil Pemilu tersebut curang dan tidak sah.
“Kita tahu itu curang apakah menerima atau menolak? Tolak!” kata Refly dalam orasi di depan Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta Pusat, Rabu (20/3/2024).
Refly mengatakan perjuangan menjaga demokrasi tidak boleh berhenti. Sebab menurutnya, perjalanan bangsa masih akan jauh ke depan. “Aspirasi kita tidak hanya menolak pemilu curang tapi juga agar Presiden Jokowi dimakzulkan,” tutunya.
ia menyebut, Jokowi merupakan biang masalah demokrasi saat ini. Hal tersebut harus menjadi alarm bersama. I
Refly menyebut, Pemilu penuh kecurangan ini diawali saat Presiden Jokowi mengajukan dirinya maju menjadi presiden untuk tiga periode.
Untuk itulah, ia meminta kepada unjuk rasa agar memakzulkan Presiden Jokowi karena menurutnya dialah sumber dari segala kecurangan ini bermula.
“Saat pencalonan dirinya menjadi presiden tiga periode gagal maka dia menitipkan anaknya (Gibran Rakabuming Raka) yang masih bau kencur. Kalau kita tidak bangkit dan bergerak, demokrasi kita akan mati,” terangnya.
Diketahui, sejumlah massa telah memadati depan gedung KPU untuk berunjuk rasa dalam keputusan hasil rekapitulasi hasil Pemilu 2024.
Ada dua kelompok massa yang hadir dalam aksi ini, pertama massa yang menolak hasil pemilu bernama Koalisi Rakyat Menggugat (Karam) Demokrasi, dan Front Daulat Rakyat.
Sedangkan massa yang mendukung hasil Pemilu bernama Center For Indonesia Election (CIE). Massa pendukung Pemilu 2024 ini melakukan demonstrasi di depan KPU dari arah bundaran HI atau berposisi berlawanan dari massa penolak hasil pemilu.
Kedua kubu dipisahkan oleh barikade beton dan sejumlah aparat kepolisian yang berjaga di lokasi. Di sisi lain, tampak sejumlah mobil pemadam kebakaran, pengurai massa, water cannon, hingga kendaraan taktis.
Keduanya berunjuk rasa dengan jarak sekitar 200 meter. Masing-masing kubu membawa ratusan demonstran dan dua mobil komando, tidak jarang kedua kelompok tersebut saling sahut-sahutan berorasi.
Reporter: Ainul Ghurri
Editor: Darman Tanjung