KEADILAN – Antusiasme basis massa pendukung pasangan Ganjar-Mahfud di Jateng dan Jatim memperkuat keyakinan paslon nomor urur 03 ini memenang dalam kontestasi Pilpres 2024.
Hal tersebut diutarakan Herlyanto, relawan Ganjar di sela-sela pertemuan dengan Politisi PDIP Panda Nababan di Senayan Park, Jakarta Pusat, Rabu (7/2/2024).
“Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim) yang mereka (paslon lain-red) klaim, kita lihat saja waktu kampanye itu selalu ramai,” kata Herlyanto.
Menurut Herlyanto, masyarakat memang terbius dengan kampanye negatif dari paslon lain. Tetapi setelah dijelaskan secara langsung terkait implikasi kampanye tersebut, masyarakat menjadi sadar.
Dia menambahkan, akar rumput rata-rata tidak mau dipimpin oleh Gibran Rakabuming Raka. Pasalnya secara pengalaman, Gibran belum ditempa seperti calon lainnya. Gibran hanya menumpang popularitasayahnya, Presiden Joko Widodo.
“You mau dipimpin sama anak yang kurang etika, kalau kita lihat pendidikannya juga setingkat SMA. You mau? Mau jadi apa republik ini? banyak orang pintar, banyak orang berpengalaman hanya dipimpin oleh anak ingusan,” tegasnya.
Heryanto menuturkan, pihaknya dua kali memperjuangkan Jokowi dalam Pilpres baik di Pilpres 2014 maupun 2019. Tetapi kini pihaknya meragukan kredibilitas Jokowi setelah berupaya melanggengkan kekuasaan melalui anaknya.
“Bisa lihat sendiri. Orang kalau melanggengkan kekuasaan ada sesuatu hal yang disembunyikan. Saya dulu pendukung Jokowi tetapi akhir-akhir ini mohon maaf ya. Kita melihat fakta dan realita di lapangan,” tukas pria asal Solo tersebut.
Sementara Panda Nababan mengamini pernyataan politisi PDIP, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang meragukan kapasitas Gibran dalam memimpin.
Kata Panda, kesangsian Ahok bukan tanpa alasan. Pasalnya, Jokowi sendiri pernah menyatakan hal sama. “Emang itu intinya, bapaknya sendiri meragukan kok, Jokowi sendiri meragukan ‘yang benar aja, baru dua tahun’ itu kan omongan bapaknya,” tegasnya.
Panda juga menyinggung putusan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) yang memberi sanksi “Peringatan Keras Terakhir” kepada Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hasym Asy’ari yang meloloskan pendaftaran Gibran.
“Segera diselesaikan, segera diatasi, dan usahakan jangan terulang lagi hal-hal seperti itu. Itu bukan main itu, sudah MK-nya melanggar etik, ini (Ketua KPU) juga melanggar etik. Itu sebenarnya lampu merah,” tukasnya.
Reporter: Odorikus Holang
Editor: Penerus Bonar
BACA JUGA: Sebanyak 25.000 Personel Brimob Amankan Hari Pencoblosan dan Penghitungan Suara Pemilu 2024