Keringat Waris Tholib berbuah manis. Kemauannya untuk terus berusaha, mengangantarkannya menjadi Plt. Wali Kota Tanjungbalai.
Semasa kecil tinggal bersama orang tua di kampung Sipori-pori perbatasan Tanjung Balai Asahan, Waris hanya orang kampung yang serba kekurangan. Makanya, bisa makan dengan lauk ikan asin sudah paten katanya.
Sepulang sekolah, rutinitas Warisi membantu orang tua, atau main dengan teman seusia, yang nyaris sama miskinnya.
Waris bercerita, masa prihatinnya tak berhenti sampai di situ. Keadaan makin terpuruk setelah ayahnya meninggal dunia. Karena keterbatasan biaya, Waris disuruh ibu dan saudaranya yang lain berhenti sekolah.
Padahal saat itu, ia masih kelas empat SD. “Malah disuruh abang mengupas punggu kelapa dengan upah Rp250 perak untuk satu biji kelapa,” kata Waris kepada keadilan.id, Kamis (22/6/2023).
Waris tak pasrah. Ia melanjutkan sekolahnya. Lepas SD, Waris nekat mendaftar SMP di ujung Kampung Sipori meski uangnya tak cukup.

Untungnya setelah menjelaskan keadaan tersebut, kepala sekolahnya bermurah hati memberikan kesempatan dengan mencicil biaya pendaftaran, buku dan seragamnya lanjut sekolah di sana dalam waktu tiga bulan.
Sayangnya, hingga waktu yang telah disepakati, janji tak bisa ditunaikan. Ia akhirnya diberhentikan. Dengan hati yang perih, Waris pulang ke rumah menemui ibunya.
Setiba di rumah, ia mengatakan kepada ibunya bahwa ia ingin merantau ke kota sambil tetap sekolah. Berbekal modal yang paling diutamakan, yakni doa ibu, Waris termotivasi mengayunkan langkahnya untuk bertarung nasib di Tanjungbalai.
“Dari mulai berjualan es lilin, setahun jadi baby sitter, tukang becak, setahun jaga malam, setahun setengah jadi pembantu rumah tangga,” papar Waris.
Pengalaman pahit dan getir ini akhirnya berbuah manis. Awalnya Waris berhasil menjadi penjaga sekolah SD, dan selanjutnya menjadi PNS yang ditempatkan sebagai staf kelurahan, lurah, camat, wakil wali kota hingga kini menjadi Plt. Wali Kota Tanjungbalai untuk periode 2021-2023, menggantikan Syahrial yang menjalani proses hukum di KPK.
Reporter: Charlie Tobing
Editor: Penerus Bonar