Oleh: Irwan Siregar, Dosen Komunikasi Politik-IISIP Jakarta
Pasca pendaftaran tiga pasangan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres), yaitu pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), ikut meramaikan pembicaraan politik.
Dalam pembicaraan politik, kemampuan komunikasi politik merupakan hal yang mutlak dimiliki para kandidat. Ranah komunikasi politik adalah komunikasi antara pelaku politik dengan publik, dalam hal ini antara kandidat dan timnya dengan rakyat atau calon pemilih. Pesan politik dapat berupa bahasa, simbol, dan persuasi. Ketiga bentuk ini akan saling mengkombinasikan dalam penyampain pesan pada proses pembicaraan (conversations) politik baik secara linear, interaksional dan transaksional. Makna komunikasi politik menurut Astrid S. Susanto (2008) adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik.
Pembicaraan politik sendiri bisa bermakna komunikasi yang terjadi diantara para pemimpin atau komunikator politik (seperti: politikus, profesional, pejabat, warga negara yang aktif atau aktivis), dengan perannya sebagai komunikator politik maka mereka akan berbicara persoalan politik. Politik sendiri bukan hanya soal kekuasaan, tapi juga membahas masalah kewenangan, kebijaksanaan, pengaruh dan konflik. Contoh, aksi protes atau mengkritisi keputusan Makamah Konstitusi (MK) tentang batas usia calon presiden dan wakil presiden minimal 40 tahun atau pernah/sedang menjabat sebagai kepala daerah, termasuk dalam isu pembicaraan politik. Pencalonan presiden, mulai dari proses penetapan calon oleh partai politik, hingga pendaftaran calon ke KPU adalah pembicaraan politik.
Bagi komunikator politik, orang yang menyampaikan pesan politik, “siapa” dan “mengatakan apa”, dalam hal ini adalah kandidat peresiden RI 2024-2029, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Proses “mengatakan apa” berisi mengenai pembicaraan politik. Pembicaraan politik bisa juga disebut sebagai pembicaraan segala hal yang menyangkut masalah hubungan vertikal dan horizontal. Contoh vertikal antara pejabat kepada bawahan,kepada warga (masalah kebijakan), kepada konstituen (masalah pemilu), dan secara horizontal, yaitu pembicaraan kepada sesama politikus, pejabat, dan lawan politiknya. Misalnya antara Anies Baswedan dengan rivalnya Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Dalam pembicaraan politik yang paling banyak digunakan adalah bahasa (permainan kata dalam pembicaraan politik). Bahasa adalah suatu sistem komunikasi, menurut Fiske (1990) dalam Cultural and Communication Studies, bahwa penggunaan bahasa tertentu dapat berimplikasi pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas dan maknanya yang muncul. Dari perspektif ini, bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas, melainkan juga dapat menciptakan realitas. Maka ketiga kandidat presiden, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto harus mampu menyuguhkan kata-kata dalam bentuk pesan yang dapat menarik simpati para calon pemilih, agar terpilih dalam pemilu.
Menurut Dedy Mulyana (2005), ada dua bentuk pesan dalam komunikasi, yaitu pesan verbal dan pesan nonverbal:
1.Pesan Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana, 2005), bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Contoh permainan kata dalam pengucapan semboyan masing-masing calon presiden: Anies Baswedan “Maju Negaranya, Bahagia Rakyatnya !”. Ganjar Pranowo “Gerak Cepat Indonesia Maju !”. Prabowo Subianto “Koalisi Indonesia Maju !” Biasanya diucapkan dengan suara lantang.
Dari permainan kata yang singkat dan sederhana ini, namun mengandung makna yang sangat luas dan dalam. Ketiga calon presiden sama-sama menggunakan kata “maju”. Dalam hal ini, calon pemilih dapat menilainya, mana di antara calon presiden yang paling baik, yang dapat mewujudkan harapan mereka, membawa Indonesia lebih maju.
2.Pesan Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
Klasifikasi pesan nonverbal, Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut: Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut: Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tak senang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan Wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
Contoh, wajah Parabowo Subianto, terlihat agak sangar, mencerminkan berani dan tegas. Wajah Ganjar Pranowo, paras manis, ganteng mencerminkan serius dan pekerja keras. Wajah Anies Baswedan paras cantik dan tampan, mencerminkan keseriusan dan percaya diri.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: a. Immediasi yaitu ungkapan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif. Contoh, postur tubuh Prabowo Subianto semampai, kokoh dan tegar. Postur tubuh Ganjar Pranowo agak tinggi dan kurus. Postur tubuh Anies Baswedan terlihat atletis.
Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain. Contohnya posisi duduk para politisi satu dengan lainnya menunjukkanlevel kedekatan dan pengaruh mereka. Demikian juga dengan berita politik mengenai daerah asal pembaca menjadi lebih menarik perhatian pembaca untuk mengamati peristiwa tersebut.
Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik. Pesan para linguistik adalah pesan non verbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
Contoh penggunaan bahasa verbal dan nonverbal, dalam pengucapan semboyan masing-masing calon presiden: Anies Baswedan “Maju Negaranya, Bahagia Rakyatnya !”. Ganjar Pranowo “Gerak Cepat Indonesia Maju !”. Prabowo Subianto “Koalisi Indonesia Maju !” Diucapkan dengan suara lantang diikuti gerakan gestur, seperri raut wajah dan mengepalkan tangan ke atas.
Bahasa sebagai permainan kata dalam pembicaraan politik. Jika lambang adalah kata-kata dari pembicaraan politik, maka bahasa adalah permainan kata dari wacana itu. Menurut Daan Nimmo (2010) bahasa sebagai permainan memiliki enam unsur: 1) bahasa memerlukan pemain, 2) siapa pun yang ada dekat permainan dapat didesak untuk melibatkan diri, 3) ada hadiah yang dipertaruhkan, 4) setiap pemain memiliki gaya permainan yang berbeda, 5) faktor-faktor tertentu dalam permainan tak dapat diduga (makna kata-kata atau gerakan pemain), 6) permainan bahasa ada tata bahasa yang khas (komunitas).
Sebagai permainan, penggunaan bahasa politik bisa dianalogikan dengan permainan sepak bola.
1. Bahasa memerlukan pemain, yaitu harus ada komunikator dan komunikan. Komunikatornya Capres: Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Komunikannya publik atau calon pemilih.
Dalam permainan sepak bola, harus ada pemain dari dua kesebelasan. Misalnya tim kesebelasan nasional Argetina vs tim kesebesan nasional Prancis.
2.Siapa pun yang ada dekat permainan dapat didesak untuk melibatkan diri. Semua orang yang mendengarkan ucapan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto akan terlibat dalam wacana dan opini.
Dalam permainan sepakbola, semua pemain dari kedua tim kesebalasan yang sedang berlaga, akan terlibat dalam perebutan bola, didesak oleh satu pemain kepada pemain yang lainnya. Bola dioper pemain belakang kepada pemain tengah, pemain sayap kiri, sayap kanan, dan seterusnya.
3.Ada hadiah yang dipertaruhkan. Dalam permainan kata oleh para Capres, bertujuan mempengaruhi calon pemilih agar meraih suara terbanyak dalam pemilu 2024, sebagai pemenang menjadi Presiden RI 2024-2029.
Dalam sepak bola, semua tim kesebelasan nasional yang masuk putaran final Piala Dunia 2022, ingin menggenggam Piala Dunia.
4. Setiap pemain memiliki gaya permainan yang berbeda. Komunikator politik, seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto, memiliki pola komunikasi yang berbeda. Anies Baswedan, tutur katanya lebih sistematis dan terarah, berlatarbelakang akademisi dan mantan Gubernur DKI Jakarta. Ganjar Pranowo, tutur katanya lebih praktis dan lembut, berlatarbelakang politisi dan mantan Gubernur Jawa Tengah. Sementara Prabowo Subianto, tutur katanya terkesan tegas dan berapi-api, berlatarbelakang militer, purnawirawan jenderal bintang 3, dan Ketua Umum Partai Gerindra.
Dalam sepak bola, setiap pemain memiliki gaya permainan yang berbeda. Secara umum, permainan kesebelasan dari Amerika Latin dengan kekhasannya, permainan Samba, one to one, bola-bola pendek, oper boleh satu pemain ke pemain yang lain. Berbeda dengan permainan khas Eropa, memainkan bola-bola panjang.
5. Faktor-faktor tertentu dalam permainan tak dapat diduga (makna kata-kata atau gerakan pemain). Ketiga Capres, adakalanya melakukan manuver politik. Misalnya Anies Baswedan, tak diduga menjadikan Muhamin Iskandar menjadi pendampingnya sebagai Cawapres, padahal sebelumnya diprediksi Agus H. Yudhoyono. Begitu juga Ganjar Pranowo, tak diduga sebelumnya menjadikan Mahfud MD sebagai Cawapres untuk mendapinginya. Berikutnya Prabowo Subianto, diprediksi sebelumnya adalah Erick Tohir, namun yang menjadi pasangannya adalah Gibran Rakabuming sebagai Cawapres.
Dalam permainan sepak bola, setiap individu pemain memiliki kemampuan yang tak diduga. Misalnya pemain terbaik Piala Dunia 2022, Lionel Messi dari Timnas Argentina, menggiring bola dengan melewati 4-5 pemain belakang lawan, dan berhasil mencetak gol. Begitu pula Kylian Mbappe, pemain Timnas Prancis pencetak gol terbanyak Piala Dunia 2022. Menggiring bola dengan cepat, spontan menendang bola spektakuler (bola melengkung) ke gawang lawan, dan gol.
6. Permainan bahasa ada tata bahasa yang khas (komunitas). Para kandidat biasanya menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal.
Dalam sepakbola ada aturan mainnya, setiap tim terdiri 11 pemain, jika melakukan pelanggaran ada sanksinya, misalnya kartu kuning (peringatan), kartu merah (tidak boleh ikut bermain), atau sanksi yang lain.
Dalam sebuah kompetisi, perang kata-kata antar rival adalah hal yang lumrah terjadi. Namun, hendak lah CapresRI 2024-2029: Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto, dalam berinteraksi, baik vertikal maupun horizontal dapat menyuguhkan kemasan pesan verbal dan nonverbal dengan memperhatikan kaidah bahasa politik, seperti tata bahasa, tutur kata dan gesture yang baik, kata-kata simpati, menyejukkan dan elegan dengan mengedepankan etika politik.
Harapannya ke depan, saat kampanye para kontestan hendak lah bertarung maksimal dengan beradu program dan gagasan berupa kata-kata/lambang, dikemas dalam bentuk pesan yang dapat mencuri simpati dan memenuhi harapan calon pemilih di mana pun berada.